PEDOMAN PRAKTIS BUDIDAYA KOPI ARABIKA (1)
A. PERSYARATAN TUMBUH KOPI ARABIKA
1. Iklim
Ø Garis lintang 20o LS sampai 20o LU.
Ø Tinggi tempat 700 s/d 2.000 m dpl.
Ø Curah hujan 1.500 s/d 2.500 mm/th.
Ø Bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1-3 bulan.
Ø Suhu udara rata-rata 15-25o C.
2. Tanah
Ø Kemiringan tanah kurang dari 45 %.
Ø Kedalaman tanah efektif lebih dari 100 cm.
Ø Tekstur tanah berlempung (geluhan) dengan struktur tanah lapisan atas
remah.
Ø Sifat kimia tanah (terutama pada lapisan 0-30 cm) :
B. PERSIAPAN
LAHAN
1. Pembukaan Lahan
1.1
Areal Hutan Sekunder Bekas Ladang Berpindah
Ø Dipilih areal hutan sekunder dengan kepemilikan jelas.
Ø Pembongkaran pohon-pohon, tunggul beserta perakarannya.
Ø Pembongkaran tanaman perdu dan pembersihan gulma.
Ø Pembersihan lahan, kayu-kayu ditumpuk di satu tempat di pinggir kebun.
Ø Pencetakan kebun secara hektaran.
Ø Pembuatan jalan-jalan, jembatan beserta saluran drainase.
Ø Pembuatan teras-teras pada lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 15%.
Ø Mengajir dan menanam tanaman penaung sementara dan penaung tetap.
Ø Ajir lubang tanam, jarak tanaman kopi arabika kate (Kartika 1 & Kartika
2) 1,25 m X 2 m atau 1,5 m X 2 m. Jarak tanam kopi jagur (AB 3, USDA 762 dan S
795) adalah 2 m X 2,5 m atau m X 2,5 m.
Ø Pembuatan lobang tanam. Ukuran lobang tergantung tekstur tanah. Makin berat
tanah ukuran lubang makin besar. Ukuran lubang yang lazim adalah 60 X 60 X 60
cm. Lubang dibuat 6 bulan sebelum tanam. Untuk tanaman yang kurang subur dan
kadar bahan organiknya rendah, ditambahkan pupuk hijau dan pupuk kandang.
Ø Tutup lubang tanam, 1 – 3 bulan sebelum ditanam kopi dan dujaga agar batu-batu,
cadas dan sisa-sisa akar tidak masuk kedalam lubang tanam.
Ø Selama persiapan lahan, pada areal yang kosong dapat ditanami beberapa
jenis tanaman semusim, misalnya kedelai, ubi jalar, jagung, kacang-kacangan.
Jenisnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan petani, peluang pasar dan iklim
mikro yang ada.
1.2 Areal Kebun
Aneka Tanaman
Ø Pemberian tanda tanaman-tanaman yang dipilih sebagai penaung kopi. Dipilih
jenis yang bernilai ekonomis, tajuknya mudah diatur (tahan pangkas) dan lebih
baik meneruskan cahaya diffuse. Jarak antar tanaman ± 10 m X 10 m tergantung pada besarnya
ukuran tajuk (habitus) tanaman.
Ø Memotong perdu dan semua tanaman yang tidak dipilih.
Ø Kayu diusahakan untuk di tumpuk di pinggir kebun.
Ø Membersihkan gulma secara manual atau kimiawi.
Ø Ajir lubang tanam kopi, pembuatan lubang, isi lubang dan tutup lubang sama
seperti diuraikan diatas.
1.3 Areal
Semak Belukar
Ø Pada prinsipnya sama dengan persiapan lahan dari hutan sekunder.
Ø Sisa-sisa semak dapat ditumpuk dalam
barisan-barisan di dalam kebun (model lorong = alley
system). Lebar lorong yang bersih dari tumpukan semak 1 m dan jarak antar lorong 4-5
m.
Ø Ajir penaung di dalam lorong, jarak
antar ajir 2-2,5 m.
Ø Tanam pohon penaung.
Ø Ajir lubang tanam kopi di dalam lorong,
jarak 1,25 m untuk kopi kate, dan 2 m untuk kopi jagur.
Ø Pembuatan lubang tanam ukuran 60 cm x 60
cm x 60 cm. Lubang dibuat 6 (enam) bulan sebelum
tanam.
Ø Lubang diisi pupuk hijau dari hasil
tebasan gulma.
Ø Tutup lubang tanam, 1-3 bulan sebelum
tanam bibit kopi.
Ø Selama persiapan lahan tersebut di dalam
lorong dapat diusahakan beberapa jenis tanaman semusim, jenisnya disesuaikan
dengan kebutuhan petani, peluang pasar dan iklim mikro yang ada.
1.4
Pengendalian Alang-alang (Imperata cylindrica)
Menurut Balit Karet
Sembawa (1996), pengendalian alang-alang dapat dilakukan secara perebahan,
mekanisme, kultur teknis, kimiawi dan terpadu.
1) Perebahan :
Ø Daun dan batang alang-alang yang telah direbahkan akan kering dan mati
tanpa merangsang pertumbuhan tunas dan rimpang serta dapat berfungsi sebagai
mulsa.
Ø Perebahan dapat menggunakan papan,
potongan kayu atau drum.
Ø Setelah alang-alang terkendali, lahan
siap untuk usaha tani kopi dengan tahap-tahap seperti yang telah diuraikan di
atas.
2) Cara Mekanis :
Ø Dilakukan dengan pengolahan tanah.
Ø Penebasan dapat mengurangi persaingan
alang-alang dengan tanaman pokok tetapi hanya bersifat sementara dan harus
sering diulangi minimum sebulan sekali.
Ø Setelah alang-alang terkendali, lahan
siap untuk usaha tani kopi dengan tahapan seperti yang telah diuraikan di atas.
3) Cara Kultur Teknis
:
Ø Penggunaan tanaman penutup tanah leguminosa (PTL). Jenis-jenis PTL
yang sesuai meliputi Centrosema pubescens, Pueraria
javanica, P. triloba, C.mucunoides, Mucuna spp. dan Stylosanthes guyanensis.
Ø Semprot alang-alang dengan herbisida
dengan model lorong, lebar lorong 2 m, jarak antar lorong 4 m.
Ø Apabila alang-alang sudah kering, buat
dua jalur tanam sedalam 5 cm, jarak antar alur 70 cm.
Ø Gunakan PTL sesuai rekomendasj untuk
daerah setempat, kebutuhan benih 2 kg/ha.
Ø Benih dicampur pupuk SP-36 sebanyak 24
kg/ha kemudian ditaburkan di dalam alur.
Ø Tutup alur dengan tanah setebal 1 cm.
Ø Alang-alang akan mati setelah tertutup oleh
tajuk PTL.
Ø Metode ini lebih tepat untuk areal yang
sudah ada tanaman pokoknya.
1.5
Pengendalian Secara Terpadu (Pengolahan Tanah Minimum dan Penggunaan Herbisida)
Ø Semprot alang-alang yang sedang tumbuh aktif dengan herbisida sistemik.
Ø Rebahkan alang-alang yang sudah mati dan
kering.
Ø Tanam tanaman semusim dengan cara tugal
sebagai pre-cropping.
Ø Bersamaan dengan itu lahan siap ditanami
tanaman penaung dan tanaman kopi dengan tahap-tahap seperti telah diuraikan.
2. Pencegahan Erosi
Dilakukan pada tanah
yang kemiringannya lebih dari 15 % dengan membuat teras dan rorak.
Teras:
Ø Ada tiga macam teras, yaitu : teras
bangku, teras gulud, dan teras individu.
Ø Pemilihan macam teras didasarkan pada
jeluk tanah, kemiringan lereng, kepekaan erosi, sebagai berikut :
Jeluk
tanah (cm)
|
90
|
40 - 90
|
< 40
|
|||
Kepekaan
erosi
|
kurang
|
tinggi
|
kurang
|
tinggi
|
kurang
|
tinggi
|
Kelerengan
(%)
|
||||||
0 - 15
|
B/G
|
B/G
|
B/G
|
B/G
|
G
|
G
|
15 - 30
|
B/G
|
B/G
|
B/G
|
G
|
G
|
G
|
30 - 45
|
B/G
|
G
|
G
|
G
|
G/I
|
I
|
> 45
|
G/I
|
I
|
I
|
I
|
I
|
I
|
Keterangan :
G : gulud B :
bangku I : individu
Ø Teras bangku dibuat dengan cara memotong lereng dan meratakan tanah di
bagian bawah sehingga terjadi suatu susunan berbentuk tangga. Teras bangku
tidak dianjurkan untuk tanah yang mudah longsor dan jeluknya dangkal.
Ø Teras gulud berupa guludan yang
dilengkapi saluran pembuangan air dan dibuat memotong lereng. Teras gulud
sesuai untuk tanah dangkal dan kemiringannya kurang dari 15 %.
Ø Teras individu adalah perataan tanah di sekitar pokok tanaman. Biasanya
garis tengahnya 1-1,5 m. Teras individu dikerjakan pada tanah-tanah yang sangat
miring, lebih dari 45 %.
Rorak :
Ø Dibuat setelah bibit ditanam di kebun, diutamakan pada lahan yang miring.
Ø Dibuat sejajar garis kontur, ukuran p x
I x d = 100 cm x 30 cm x 30 cm.
Ø Antara rorak yang satu dengan yang lain
dibuat zig-zag.
Ø Ke dalam rorak diisikan bahan organik.
Bila sudah penuh, rorak ditutup tanah dan rorak baru dibuat.
3. Penanaman Penaung
Ditanami minimal satu
tahun sebelum penanaman kopi.
1.1
Syarat-syarat Pohon Penaung
Ø Memiliki perakaran yang dalam.
Ø Memiliki percabangan yang mudah diatur.
Ø Ukuran daun relatif kecil tidak mudah
rontok dan memberikan cahaya diffus.
Ø Termasuk leguminosa dan berumur panjang
dan berumur panjang.
Ø Menghasilkan banyak bahan organik.
Ø Tidak menjadi inang hama-penyakit kopi.
1.2
Penaung Sementara
Ø Jenis tanaman penaung sementara yang banyak dipakai adalah Moghania macrophylla (Flemingia congesta), Crotalaria spp, Tephrosia spp.
Ø Moghania cocok untuk tinggi tempat 700 m dpl ke bawah.
Ø Untuk daerah 1.000 m dpl ke atas
sebaiknya dipakai Tephrosia atau Crotalaria.
Ø Untuk komplek-komplek nematoda dipakai Crotalaria.
Ø Naungan sementara ditanam dalam barisan
dengan selang jarak 2-4 m atau mengikuti kontur.
1.3
Penaung Tetap
Ø Pohon penaung tetap yang banyak dipakai di Indonesia adalah lamtoro(Leucaena spp), sengon (Albizia sp), dadap (Erythrina sp), Gliricidia dan cemara (Casuarina).
Ø Lamtoro tidak berbiji dapat diperbanyak
dengan cangkokan atau okulasi, ditanam dengan jarak 2 m x 2,5 m, setelah besar
secara berangsur-angsur dijarangkan menjadi 4 m x 5 m.
Ø Sengon digunakan pada daerah kering dan
tinggi (1.000-1.500 m dpl), seperti banyak dijumpai di Timor-Timur. Ditanam
dengan jarak 2 m x 2,5 m kemudian setelah besar secara berangsur-angsur
dijarangkan menjadi 10 m x 10 m.
Ø Cemara banyak digunakan di Irian Jaya
dan Timor-Timur untuk daerah tinggi di atas 1.500 m dpl.
4. Tumpangsari (Intercropping)
Ø Digunakan untuk meningkatkan produktivitas lahan, mengurangi resiko usaha
tani, serta menjamin kelangsungan pendapatan.
Ø Dilakukan dengan pengusahaan tanaman
semusim, (khususnya untuk lahan-lahan datar/landai), dan penggunaan tanaman
penaung produktif.
Ø Jenisnya disesuaikan dengan kebutuhan
petani, peluang pasar, nilai ekonomi dan iklim mikro yang ada.
1.1
Tumpangsari Tanaman Semusim Dengan Kopi
Ø Diusahakan selama masa persiapan lahan dan selama tanaman kopi belum
menghasilkan (tajuk kopi belum saling menutup) atau selama iklim mikro masih
memungkinkan.
Ø Untuk pengusahaan yang bersifat lebih
permanen pada lahan datar dapat dilakukan dengan sistem budidaya lorong (alley cropping). Pada tiap 3-5 barisan kopi disediakan
lorong dengan Iebar 8 m untuk tanaman tumpangsari.
Ø Tanaman semusim yang banyak diusahakan
antara lain adalah jenis hortikultura (kubis, kentang, wortel, tomat, dan
cabe), Palawija (jagung), kacang-kacangan dan umbi-umbian.
Ø Tanaman jagung yang mempunyai
pertumbuhan tinggi dapat juga berfungsi sebagai penaung sementara yang efektif.
Ø Limbah tanaman semusim dimanfaatkan
untuk pupuk hijau atau mulsa tanaman kopi.
1.2
Pohon Penaung Produktif
Ø Dipilih yang memiliki kanopi tidak terlalu rimbun, daun berukuran kecil
atau sempit memanjang agar dapat memberikan cahaya diffus dengan baik.
Ø Bukan inang hama penyakit utama kopi.
Ø Tidak menimbulkan pengaruh allelopati.
Ø Pohon penaung produktif ditanam dengan
jarak ± 10 m x 10 m tergantung
ukuran besarnya tajuk tanaman.
Ø Pohon produktif yang banyak dipakai
untuk kopi arabika antara lain Macadamia dan jeruk keprok. Untuk kopi robusta antara lain petai, jengkol dan kelapa.
Ø Jeruk keprok ditanam dengan jarak 6 m x
8 m atau 8 m x 8 m. Macadamia, petai dan jengkol ditanam dengan jarak 5 m x 5
m, kemudian secara berangsur-angsur dijarangkan menjadi 10 m x 10 m.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar